Saat ditanya tentang adanya wacana menduniakan Pancasila, Drs. H. Sukadi, M.I.L menyimpulkan bahwa Pancasila bisa menjadi ideologi dunia, karena beberapa alasan, diantaranya ialah:
Sifatnya yang universal sehingga bisa diterima oleh manusia dari kalangan mana pun; Dibuktikan dalam perjalanan sejarah hidup bangsa Indonesia yang tetap bersatu dalam keragaman agama dan budaya serta paham politik;
Ditunjukkan oleh bangsa Indonesia dalam menyelesaikan persoalan-persoalan dunia yang menyertakan bangsa Indonesia.
“Ide-ide dan gagasan duta-duta bangsa Indonesia dalam menyelesaiakan persoalan perdamaian, kemanusiaan, dan hak asasi manusia diwarnai oleh nilai-nilai Pancasila. Ide-ide ini dengan mudah diterima oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Ini menunjukkan bahwa ideologi Pancasila dapat diterima oleh bangsa lain,” katanya.
Sedangkan Dr. Ida Rohayani M.Pd, Ketua Umum Perkumpulan Pendidik Pancasila & Civics sebagai dosen di perguruan tinggi di Telkom University mengungkapkan bahwa Ideologi Pancasila saat ini menyebar ke berbagai negara.
“Kalau di kampus Telkom University itu ada mahasiswa Banglades dan Afrika Barat, mereka sangat meminati mata kuliah Pancasila dan menilai sebagai ideologi terbaik dalam bernegara. Selain itu Dosen dari Universitas Charles Darwin (CDU), universitas paling multikultural di Australia, dengan mahasiswa yang berasal dari lebih dari 60 negara. Sempat membahas dalam disertasinya tentang Pancasila. Kadang kalau orang luar negeri belajar Pancasila dalam prakteknya lebih Pancasilais. Karena mereka menggangap The Best Ideologi,” ungkapnya.
Menurutnya melalui proses pedagogi, andragogi maupun heutagogi dan tripusat pendidikan, nantinya Pancasila akan secara ilmiah dan alamiah berkembang di dalam negeri, bahkan ke luar negeri.
Ida Rohayani menambahkan, dengan adanya peran dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila sebagai pihak yang berwenang mengusulkan aturan atau regulasi yang bermunculan, tetapi bertentangan dengan Pancasila.
“Maka BPIP bisa mengusulkan ke MA atau MK untuk dilarang diterapkan kepada masyarakat. Selain itu juga menjadi garda terdepan untuk kurasi / seleksi buku pendidikan yang membahas Pancasila. Selama berdiri BPIP memiliki peran yang strategis dalam menjaga ideologi Pancasila,” tuturnya.
Melihat fenomena kaum mahasiswa menyuarakan kemerdekaan Palestina, Dr. Ida Rohayani M.Pd menyatakan hal itu bagian dari praktek memperjuangkan hak kemerdekaan dunia amanah dari UUD 1945.
“Apalagi Indonesia cenderung memegang prinsip bebas aktif, tidak memihak kepada blok Barat atau Timur, tetapi aktif dalam mewujudkan ketertiban dan perdamaian dunia,” ungkapnya.
“Kalau untuk perjuangan fisik, resikonya besar, hasilnya belum tentu berdampak. Tetapi kalau melalui perjuangan diplomatik seperti boikot produk yang mendukung penjajahan itu akan berdampak lebih besar atau menjadi duta perdamain di tengah masyarakatnya yang dampaknya langsung terasa oleh semua pihak,” imbuhnya.
Dr. Ida Rohayani M.Pd menyimpulkan bahwa Pancasila akan menjadi bintang penuntun generasi Indonesia Emas 2045. Dengan bonus demografinya didukung sumber daya manusia yang cerdas dan berakhlak, mewujudkan visi misi Indonesia lebih baik, sesuai dengan sila ke 1 sampai 5.