“Kami ada Program Satu Desa Satu Hafiz (Sadesa). Dari 5.300 desa, kini sudah 4.700 desa mempunyai penghafal Al Quran. Kemudian Program One Pesantren One Product (OPOP) yang sudah 3.000-an usaha lahir. Salah satu inspirasi dari Jogokariyan juga, yakni dakwah digital, Kredit Mesra, dan English for Ulama,” ujarnya.
Tak hanya itu, Kang Emil berharap dengan konsep manajemen Masjid Jogokariyan, yang terdiri dari pemetaan dakwah, pelayanan dan pemberdayaan umat bisa memberi pelajaran untuk manajemen masjid-masjid di Jabar.
“Di Jawa Barat kami mempunyai 100.000 masjid, tapi apalah jumlah itu kalau tidak makmur. Makanya saya selalu berharap dan mendoakan, konsep Jogokariyan ini menasional dan mendunia. Kami tentu ingin belajar bagaimana memakmurkan masjid,” ungkapnya.
Kang Emil juga memiliki delapan pesantren di Jawa Barat yang diwariskan dari kakeknya, yakni Alm KH Muhyidin Panglima Hizbullah di Subang. Almarhum kakek Kang Emil berpesan kepadanya untuk selalu bela agama dan bela negara.
Hadir bersama Ridwan Kamil, Dewan Syuro Masjid Jogokariyan Yogyakarta Ustaz Muhammad Jazir ASP yang memberikan pandangan, bahwa masjid merupakan sumber calon kepemimpinan bangsa dan kesejahteraan rakyat.
“Saudara-saudara, tagline dari masjid ini adalah dari masjid menyiapkan pemimpin-pemimpin bangsa dan aplikasinya masjid menjadi sumber kesejahteraan rakyat, bagaimana kita membangun kesejahteraan rakyat di segala aspek, terkhusus ekonomi,” tutur Jazir.