“Rumahnya tidak layak dan juga butuh dana buat usaha. Untuk perbaikan hampir Rp 30 juta, termasuk kulkas untuk berdagang,” ujarnya.
Kini rumah Ais yang sehari-harinya bekerja serabutan itu sudah terbilang representatif dan layak untuk ditinggali. Pengerjaan tinggal menyisakan pengecatan.
“Tugas saya sebagai pemimpin kan memudahkan urusan rakyat,” ucap Kang Emil.
Dalam pertemuan tersebut Kang Emil juga merasa terharu setelah mendengar ungkapan Ais Effendi, bahwa ia dan keluarga selalu mendoakan almarhum Emmeril Kahn Mumtadz, putra sulung Kang Emil.
“Yang luar biasa ternyata Pak Ais selalu mendoakan Eril. Ini skenario langit kita ketemu,” pungkas Kang Emil.