“Orangtua tentu perlu secara rutin berkonsultasi dengan dokter dan melakukan terapi di rumah. Penting juga untuk mengajarkan anak-anak kemandirian sesuai kemampuan mereka,” ujarnya.
Rika berharap, ke depannya bisa terus bersinergi dengan semua pihak, khususnya pemerintah dalam memberikan pendampingan dan perhatian terhadap masyarakat atau keluarga yang memiliki anak-anak penderita CP.
“Di dinas kan ada program Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM), mudah-mudahan ke depannya setiap kota/kabupaten bisa optimal, sehingga semua anak-anak terberdayakan,” tutup Rika.
Melalui acara tersebut, anak-anak penderita CP tidak hanya menunjukkan bakat dan kemampuannya, tetapi juga menegaskan dengan dukungan yang tepat, mereka dapat berkembang dan mencapai potensi terbaik.
Salah satu orangtua yang hadir, Ilmayasari, menceritakan perjalanan anaknya yang didiagnosis CP pada usia empat bulan. Saat itu, ia menyadari ada yang berbeda lantaran perkembangan sang anak tidak seaktif anak-anak seusianya.
“Setelah berkonsultasi dengan dokter anak dan dokter saraf, dia didiagnosis CP. Kami aktif menjalani terapi di rumah dan mengikuti saran dari terapis,” terang Ilma.
Ilma yang saat ini tergabung dengan Komunitas Keluarga Cerebral Palsy Bandung Raya, berharap World Cerebral Palsy Day bisa menjadi jalan bagi anak-anak penderita CP mendapat pengakuan yang sama.
“Harapannya hari World Cerebral Palsy Day ini bisa mewujudkan hak, aksesibilitas,serta kesempatan yang setara bagi anak-anak CP di Indonesia,” pungkasnya.