“Setelah santunan, sambung Ketua Karta, kita juga melaksanakan Nobar seperti film layar tancap untuk anak-anak nonton, setelah itu kita lanjut ke acara puncak di acara puncak ini dilaksanakan selama 2 hari yang dimana melibatan 31 tari-tarian itu belum termasuk dengan ibu-ibu, ibu-ibu nya ada 2 tari-tarian jadi semuanya ada 33 tarian.
“Untuk Gondang di latih oleh Wa Ato, kesenian Gondang itu kesenian daerah sini yang dilaksanakan oleh ibu-ibu dari berbagai RT bergabung menjadi satu untuk melakanakan gondang tersebut. Untuk tari-tarian juga dari Karang Taruna kebetulan di daerah kami banyak yang suka dengan tarian tradisional dan Karang Taruna juga berkomitmen buat mengangkat yang namanya tari-tarian tradisional apalagi di zaman sekarang tari-tarian seperti Gondang, Jaipong sudah mulai luntur, makanya dari kami mau mengangkat lagi, ibaratkan kalau bukan kita siapa lagi yang akan meneruskan tradisi tersebut,” jelas Rif’an.
Sementara menurut Toto Supriyatna Pelatih Gondang yang memiliki nama beken Ato Badut menyebutkan, basic saya di tradisi, sebelum beralih ke hiburan anak, saya kuat di tradisi terutama kesenian sunda, ketika saya masih aktif di Karang Taruna. Kesenian Gondang ini sudah menjadi ciri khas RW. 02, dari dulu saya sudah melatih kesenian Gondang ini.
“Harapan saya, dengan berjalannya zaman, semoga seni tradisional warisan leluhur tidak terkikis dan tidak kalah oleh tradisi luar, mudah-mudahan dari Karang Taruna, tradisi ini terus dilestarikan dan terus di tampilkan serta di pertontonkan guna mempertahankan warisan budaya leluhur,” tandasnya.
Bahkan diketahui bahwa Ato Badut selain sebagai pelatih Gondang beliau juga memiliki komunitas Badut panggilan untuk acara-acara hiburan di berbagai event, yang dari hasil kegiatannya selalu menyisihkan untuk saling berbagi ke sesama dengan santunan santunan kepada kaum dhuafa dan anak yatim. *(roska)