Pemberdayaan Pangan Lokal
Umumnya produk-produk pangan bersifat mudah rusak (perishable). Karena itu, diperlukan teknologi pengolahan yang tepat untuk mengolahnya menjadi aneka produk olahan yang aman, awet, layak dikonsumsi manusia, sehingga tidak akan terjadi kehilangan (losses) yang mubazir. Tidak hanya itu, pengolahan pangan juga akan mempermudah penanganan dan distribusi (sehingga lebih murah), memberikan variasi jenis olahan pangan (makanan/minuman), meningkatkan dan/atau mempertahankan mutu dan gizi pangan, meningkatkan nilai ekonomis pangan lokal, serta pengembangan menu pangan menyehatkan (healthy diet) bagi masyarakat lokal akan lebih terjangkau.
Untuk itu perlu ada program pemberdayaan usaha mikro, kecil sampai menengah (UMKM) pangan lokal, untuk dapat menerapkan prinsip-prinsip penanganan dan pengolahan pangan yang baik, memastikan keamanan dan mutu pangan, apalagi jika ditambah dengan kemampuan mengaplikasikan prinsip ekonomi sirkular, peduli lingkungan dan sadar terhadap perubahan iklim. Peranan pengolahan oleh UMKM pangan lokal ini akan semakin dirasakan strategis mengingat, selain mudah rusak, produk pangan dan hasil pertanian umumnya juga bersifat musiman, mempunyai mutu beragam, dan mempunyai kekhasan lokal (spesifik lokasi). Karena itu diperlukan penanganan yang sesuai dengan jenis produk dan karakteristik khasnya, dan untuk itu diperlukan pengetahuan teknologi pangan yang sesuai pula. Dalam hal ini, penggalian, pemahaman, penguasaan dan pengembangan pengetahuan dan teknologi pangan yang sesuai ini memerlukan pemahaman mengenai pengetahuan indigenus yang dimiliki masayarakat setempat. Produk pangan yang dikembangkan dengan basis potensi lokal bisanya mempunyai tingkat kesesuaian yang baik dengan preferensi konsumen, dan berpotensi untuk menjadi unggulan ciri khas daerah/lokal. Karena itu, pemberdayaan UMKM pangan lokal ini berpotensi menjadi bantalan terhadap goncangan global, karena tidak (sedikir) tergantung pada impor. Disinilah peranan pemerintah diperlukan. Pemerintah perlu mempunyai program untuk membina, mendorong, dan sekaligus melindungi usaha UMKM pangan lokal.
Upaya pemberdayaan UMKM pangan lokal ini perlu dibarengi dengan upaya pendidikan masyarakat luas. Pendidikan ini diperlukan terutama untuk membangun pola pikir mendukung pertumbuhan usaha dan ekonomi lokal yang lebih berkelanjutan. Karena, pengembangan UMKM pangan lokal memang seharus dirancang untuk menyediakan pilihan bagi individu untuk bisa mengembangkan pola pangan yang lebih beragam; termasuk sumber protein (ikan, pangan laut, daging, telur, kacang-kacangan) dan sumber vitamin dan mineral (buah dan sayuran). Dalam hal ini, pendidikan ini perlu dilakukan guna meningkatkan peran penting perempuan dan generasi muda masa depan. Karena itu, upaya pendidikan dan promosi pangan lokal yg pernah dilakukan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jawa Barat untuk siswa SD, SMP, dam SMA di Bandung perlu dikembangkan lebih lanjut.
Pemberdayaan UMKM Pangan Lokal dan Leaving No One Behind
Tahun ini peringatan HPS mengambil tema khusus yaitu Leaving No One Behind atau “tidak meninggalkan seorang pun”. Tema ini dipilih karena memang merupakan tema dan pesan utama dari Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals, SDGs).
Tema ini sangat sesuai dengan prakarsa pemberdayaan UMKM pangan lokal, karena prakasa ini dapat memperkuat aneka subsistem pangan lokal, yang berarti lebih inklusif, berkeadilan, dan lebih berkelanjutan menjaga kelestarian lingkungan, sesuai dengan prinsip “tidak meninggalkan seorang pun”. Sistem pangan yang didasarkan pada UMKM pangan lokal yang beragam jauh lebih baik dan kokoh daripada sistem yang hanya didasarkan pada beberapa usaha skala besar. Dan hal ini relevan dengan fakta bahwa Indonesia kaya akan sumber pangan yang saat ini masih tersembunyi dan terkadang terabaikan atau kurang dimanfaatkan.
Prakarasa pemerintah dalam memelihara dan mempromosikan keragaman pangan lokal perlu terus didorong, karena sangat penting untuk mentrasformasikan sistem pangan. Transformasi sistem pangan ini dapat meningkatkan kualitas pola pangan, beralih dari pola pangan yang hanya bertumpu pada beras (dan gandum) menjadi pola pangan terdiri dari aneka sumber karbohidrat (hanjeli, sorgum, ubi, termasuk talas, dll), sumber protein (ikan, unggas, daging, kacang-kacangan, dll), sumber lemak (aneka biji-bijian mengadung lemak), dan vitamin serta mineral (aneka buah dan sayuran).