Pendekatan kedua, eksplorasi sumber pangan baru yang berpotensi dikembangkan menjadi pangan masa depan. Eksplorasi pangan baru ini dilakukan bagi dari laut maupun darat. Dari laut, eksplorasi rumput laut, mikroalga and aneka flora fauna laut sebagai alternatif pangan baru banyak dilakukan. Dari darat, eksplorasi berbagai tanaman lokal yang belum dimanfaatkan, kurang dimanfaatkan; atau bahkan diabaikan, juga perlu dilakukan. Indonesia, termasuk Jawa Barat, terkenal kaya dengan keragamanan hayati, tentu menyimpan sumber daya lokal yang besar pula. Program pengembangan tanaman pangan ini perlu memperhatian kesesuaian lahan, iklim serta sosial budaya lokal. Pengembangan tanaman hanjeli di daerah Sukabumi, atau Sorghum di Pangandaran, misalnya perlu di dorong lebih lanjut dengan mengintegrasikan aspek sosial budaya lokal. Termasuk pula, berbagai kearifan pangan lokal, seperti budaya konsumsi serangga, misalnya belalang (simeut) sebagai alternatif sumber protein perlu pula dikembangkan.
Ketahanan Pangan Mandiri dan Berdaulat
Hal ini sungguh sangat sesuai dengan amanat UU No 18/2012 yang menyatakan bahwa penyelenggaraan pangan dilakukan dengan berdasarkan asas kemandirian dan kedaulatan. Kemandirian menunjukkan kemampuan dalam memproduksi pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat, Sedangkan kedaulatan menunjukkan kemampuan menentukan kebijakan pangannya secara mandiri, tidak didikte oleh pihak mana pun, dan para pelaku usaha pangan mempunyai kebebasan untuk menetapkan dan melaksanakan usahanya sesuai dengan sumber daya yang dimilikinya.
Dalam hal ini, aspek kemandirian menitik-beratkan pada pentingnya pangan yang berbasis pada sumber daya lokal sehingga mengurangi ketergantungan. Sedangkan aspek kedaulatan pangan menitik beratkan pada pentingnya peran serta masyarakat lokal untuk menentukan “kebijakan” pangannya sendiri; sehingga lebih sesuai dengan kondisi lingkungan, sosial budaya dan politik pangan masyarakat lokal, yang khas dan bahkan berpotensi untuk berkembang.
Jadi, “lokal” merupakan kata kunci penting dalam pembangunan pangan. Jika aspek lokalitas ini dikembangkan dengan baik, maka akan bermunculan jenis dan budaya pangan lokal yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Keragaman ini akan memunculkan berbagai keuntungan, antara lain menjadikan ketahanan pangan yang lebih kokoh, karena tidak tergantung hanya pada satu data dua saja jenis pangan.
Dari sisi ketersediaan (produksi), penganekaragaman akan menjadikan beban penyediaan pangan terbagi merata pada berbagai jenis bahan pangan; sehingga tidak tergantung hanya pada ketersediaan salah satu jenis bahan pangan saja. Kondisi saat ini, dimana pangan Indonesia masih sangat didominasi oleh beras, maka dengan sedikit saja gangguan pada keteresediaan beras akan berakibat besar pada kondisi ketahanan pangan nasional. Dari sisi konsumsi, penganekaragaman pangan berpotensi memperbaiki status gizi masyarakat dengan lebih baik. Perlu diingat bahwa kebutuhan gizi individu akan sulit terpenuhi jika menu pangannya tidak beragam, sehinga aneka pangan tersebut saling melengkapi satu dengan lainnya.
Kualitas Menu Masyarakat
Kondisi sekarang, pola menu atau konsumsi pangan rata-rata penduduk Indonesia masih jauh dari ideal; karena masih didominasi oleh beras (nasi), masih terdapat kekurangan dari pangan hewani, buah dan sayuran. Hal yang sama juga terjadi di Jawa Barat. Indikator kualitas konsumsi pangan dapat dinyataan dengan skor pola Pangan Harapan (PPH). Skor PPH masyarakat Jawa Barat tahun 2021/2022 mencapai angka 87 (dari maksimum 100). Tahun ini skor PPH mengalami kenaikan sebesar 2,9 poin dibanding tahun 2020/2021 yaitu sebesar 84,1. Skor PPH tertinggi pada tahun 2021/2022 adalah kabupaten Indramau (94,9) dan yang terendah adalah Kabupaten garut (71,1). Jadi, strategi penganekaragaman pangan mempunyai peranan penting untuk perbaikan kualitas konsumsi masyarakat, khususnya untuk meningkatkan skor PPH.