IJTI Luncurkan Buku Jurnalisme Positif untuk Menjawab Tantangan Jurnalis di Era Disrupsi

Herik menambahkan jika diibaratkan lampu sorot yang memandu ke arah mana penonton harus melihat, media banyak menyoroti bencana, perang, kejahatan, nestapa dan hal-hal suram lain sehingga membuat persepsi publik tentang dunia tidak jauh dari gambaran dunia yang kejam, menyedihkan dan tanpa harapan. Sementara faktanya, dunia juga memiliki sisi-sisi yang menggambarkan kedamaian, kegembiraan dan harapan. Namun sisi tersebut kurang disorot media.

 

Jurnalisme positif mengoreksi kecenderungan itu. Bukan dengan mengarahkan lampu sorot hanya ke kejadian ceria penuh tawa dan tanpa masalah, tetapi dengan memandu “bagaimana” lampu sorot tersebut mesti diarahkan. Jurnalisme positif, tetap menyorot negativitas yang terjadi di masyarakat. Namun, tidak berhenti di situ. Sorotan juga diarahkan ke hal-hal positif yang ada di dalam atau di sekitar negativitas sehingga membangun pengertian bahwa “masih ada cahaya di tengah kegelapan” atau “habis gelap terbitlah terang”.
Jurnalisme positif tidak hanya mendorong jurnalis untuk menyajikan informasi secara komprehensif, menaati kaidah jurnalistik dan Kode Etik Jurnalistik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *