HBN 2023 mengusung tema “Batik Bangkit” dengan membawa harapan dapat membangkitkan lagi jiwa dan semangat perajin batik dan pelaku industri batik untuk terus tumbuh dan maju setelah sempat tersendat akibat pandemi COVID-19.
Wury mengatakan pula bahwa batik yang awalnya hanya dikerjakan dalam keraton untuk pakaian para raja dan keluarganya, kini telah meluas menjadi seni yang digemari dan menjadi milik rakyat Indonesia.
Untuk itu ia berharap momentum HBN juga dapat mendongkrak minat generasi muda dalam menggeluti batik.
“Saya berharap, generasi muda tak hanya kian gemar menggunakan batik, tetapi juga turut mengenali dan mempelajari nilai dari filosofinya,” tutur Wury.
Senada dengan Wury, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) RI Nadiem Makarim menyebutkan, HBN juga memegang peran penting sebagai momentum untuk mengupayakan bersama adanya transfer ilmu pengetahuan dari maestro batik kepada generasi yang lebih muda agar budaya batik dapat berkelanjutan.
“Saya sangat sedih setiap kali mendengar bahwa generasi berikutnya tidak ingin meneruskan tradisi batik ini di berbagai macam daerah, bahkan ada berbagai macam batik dari berbagai daerah yang sekarang hanya dibuat di Jakarta, dan ini merupakan suatu hal yang harus kita ubah bersama,” papar Nadiem.
“Hari ini, berkumpulnya 125 pembatik bersama-sama membatik beragam motif yang mewakili 33 daerah di Indonesia, ini adalah langkah yang sangat penting untuk memastikan terwujudnya pewarisan pengetahuan tersebut,” sambungnya.
HBN 2023 dimeriahkan dengan pemecahan rekor MURI “Membatik Secara Serentak dengan Motif Terbanyak”, yang diikuti oleh tak kurang dari 125 perajin batik dari seluruh Indonesia.
Ada pula pameran batik se-Indonesia, lomba karya tulis batik, pelelangan vespa dan mobil listrik yang hasilnya akan disumbangkan kepada para perajin batik perempuan di Indonesia hingga edukasi batik kepada pelajar dan masyarakat.