“Dialog lintas agama di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda karena kami, sebagai muslim, merupakan mayoritas. Kami telah hidup berdampingan dengan harmoni dalam waktu yang lama, menyatu sebagai satu masyarakat di antara berbagai kelompok agama,” katanya.
Neneng mengatakan pengaruh ideologi global dan transnasional telah mempengaruhi kehidupan keagamaan di Indonesia. Dalam situasi ini, dialog lintas agama sangat penting untuk menjaga harmoni dalam masyarakat.
“Pengalaman saya bekerja pada dialog lintas agama di Jawa Barat sangat menarik. Pemuda telah berperan penting dalam mempromosikan toleransi dan harmoni dalam beberapa tahun terakhir. Contoh nyata adalah gerakan Bandung Lautan Damai (BALAD) yang diinisiasi oleh kelompok pemuda bernama Jakatarub, sebuah jaringan kerja lintas agama,” katanya.
“Gerakan yang dipimpin pemuda ini mengorganisasi berbagai acara dialog lintas agama, termasuk turnamen olahraga, festival budaya, perkemahan pemuda, dan kelompok studi lintas agama. Mereka telah konsisten bekerja pada isu ini selama sekitar 20 tahun,” tambah Neneng.
Neneng mengatakan tengah aktif bersama para penceramah muda perempuan Islam di Jawa Barat mengenai dialog lintas agama. Mengapa penceramah perempuan, katanya, karena mereka adalah pemimpin dalam komunitasnya masing-masing yang dapat mempengaruhi sekitarnya.
Kata Neneng, tantangan bagi pemuda dan penceramah perempuan dalam mengambil isu dialog lintas agama tidaklah mudah. Beberapa tantangan, katanya, muncul dari dalam dan luar komunitas keagamaan. Beberapa orang berpikir bahwa perempuan hanya berbicara tentang isu perempuan dan masalah rumah tangga.
Selain itu, menurut Neneng, ada tantangan peningkatan ekstremisme agama yang menentang dialog lintas agama. Pihaknya bekerja pada dialog lintas agama, namun kelompok lain berusaha menghentikannya. Namun, tantangan ini terus dihadapi melalui kegiatan yang diinisiasi oleh seluruh elemen masyarakat.
Sebelumnya, para ulama Jabar dan delegasi Pemprov Jabar ini pun menjumpai Anggota Parlemen Britania Raya, Fiona Bruce. Mereka berdiskusi mengenai keberagaman dan kerukunan hidup beragama di Inggris dan Indonesia.
Setelah pertemuan di Gedung Parlemen, para ulama dan delegasi mengunjungi kantor pusat Minhaj Welfare Foundation. Berdialog santai dengan komunitas setempat, mengunjungi berbagai fasilitas di kantor tersebut seperti masjid, pemandian jenazah, rumah duka, dapur umum, toko buku islami, sampai ruang siaran dan podcast.