“Alhamdulillah, kita bersyukur karena ternyata di Perumda Tirtawening Kota Bandung ada program untuk warga kurang mampu,” ungkapnya.
“Ternyata, ada nilai-nilai tertentu yang ditawarkan pada masyarakat kepada pelanggan bila mereka memiliki kesulitan untuk membayar terutama bagi mereka yang berasal dari keluarga tidak mampu, itu ada tarif khusus. Namanya tarif sosial,” terangnya.
“Sehingga saat mereka kesulitan, tidak bisa membayar dan akhirnya diputus ya tentu sangat merugikan apalagi bagi keluarga dengan jumlah yang banyak. Tentu kualitas hidup pun jadi kurang baik karena ini masalah yang sangat vital,” ujarnya.
Sementara itu, Dirut Perumda Tirtawening Kota Bandung Sonny Salimi mengatakan, untuk tarif air ada beberapa golongan.
“Kita itu, untuk keluarga atau masyarakat berpenghasilan rendah kita bisa terapkan tarif golongan sosial. Harganya itu sekarang masih Rp 1000 per meter kubik, kalau harga pertama itu Rp 2.000,” ungkap Sonny.
Sebetulnya, ungkap Sonny, bila warga membayar Rp 25.00-50.000 cukup mudah. Namun di rumah Bu Ratna terdapat 14 orang jiwa. “Tapi yang menarik, terjadinya sengketa,” ungkapnya.
Sambungan air ke rumah tersebut hanya satu, namun digunakan tiga keluarga. Saat membayar tidak mau urunan.
“Kemarin diputus gara-gara tunggakan banyak, mungkin tadi karena sengketa. Airnya pada mau pakai, tapi pas bayar enggak mau urunan,” ujarnya. *billy